Baca
artikel selengkapnya di SYIAH ADALAH tafhadol
Beberapa paragraf di bawah ini mencoba menjelaskan kepada kita ‘adalah Ash-shahabah melalui analogi sederhana yang Insya Allah bisa dicerna oleh akal yang terbuka serta hati yang mengharap hidayah.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, imam para Nabi serta pemimpin para rasul, kedatangannya serta sahabatnya yang akan menolong serta berjuang dengan teguh bersamanya telah disebut-sebut bahkan dipuja-puji oleh Taurat dan Injil, dua kitab yang mengumpulkan wahyu Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Isa alaihimas salam. Tentu sebelum kedua kitab ini dirubah oleh tangan-tangan jahil.
Kelahirannya bagai secercah cahaya yang terus membesar dan menerangi ufuk bumi yang telah gelap oleh kemaksiatan dan kezaliman yang merata. Dunia pun menampilkan tanda-tanda bahagia tatkala sang calon Nabi itu lahir.
Nabi itu akan membawa sebuah risalah yang agung, dan diyakini akan mengubah wajah dunia yang muram itu yang akan mendidik dan melahirkan orang-orang besar. Orang agung hanya akan lahir dari rahim manusia yang berjiwa agung pula. Begitu sang bijak bestari mengungkapkan.
Dari Makkah setelah 14 abad lebih kita menuju ke Bandung, Indonesia. Di sana ada janin yang akan segera keluar dari rahim ibunya yang kemudian diberi nama Jalaluddin oleh bapaknya yang bernama H. Rakhmat. Jadilah nama lengkapnya Jalaluddin Rakhmat.
Kitab-kitab berbahasa sansekerta dan melayu di Indonesia tentu tak pernah meramal kedatangan ‘orang besar’ tersebut bersama manusia-manusia yang akan mengikutinya sebagaimana yang terjadi pada Taurat dan Injil kepada sang Nabi besar beserta manusia-manusia yang menyertai perjuangannya. Pun, ketika janin itu berhasil keluar menjadi bayi mungil dunia tidak menampakkan tanda-tanda ‘keajaiban’ sebagaimana yang terjadi pada diri sang Nabi.
Kembali menatap jejak dakwah sang Nabi di Makkah, beliau berdakwah mengajak kepada Islam dan Iman. Pada awalnya ia ditentang dan ditolak serta diusir dari kampungnya. Dan begitulah dakwah para nabi. Namun setelah hijrah ke Madinah. Nabi baru ini tumbuh menjadi sebuah kekuatan yang diperhitungkan oleh Jazirah Arab dan dunia. Mempunyai pasukan tangguh bernama Ash-shahabah. Bersama mereka sang nabi memenangkan perang-perang penting dalam melawan kaum kafir seperti pertempuran Badar, Ahzab, dan Khaibar. Bersama mereka sang Nabi membuka Makkah. Jantung arab. Dan bersama mereka pula sang Nabi menaklukkan Hunain dan Tabuk. Menggentarkan Romawi. Namun ketika sang Nabi agung yang bernama Muhammad itu wafat, tentara tangguh Ash-shahabah itu ‘murtad’ begitu saja meninggalkannya. Begitu mudah berpaling ke belakang ajaran sang Nabi.
Jika kita befikir, apa gerangan jawaban dari langkah ‘murtad’ Ash-shahabah itu? beranikah kita menganggap bahwa sang Nabi telah gagal? Ataukah sang Nabi tidak becus mendidik tentar-tentara tangguh tersebut? Dan akhirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa misi Nabi menyampaikan risalah kepada umat manusia tidak berhasil. Apakah beliau hanya mampu menyisakan Ali, Fathimah, Hasan, Husein serta segenap Ahlu Bait lainnya yang tidak murtad?
Adapun Jalaluddin Rakhmat yang kedatangannya tidak diramalkan sedikitpun oleh kitab-kitab wahyu. Pada tahun 1984 ia memulai dakwahnya tentang cinta dan akhlak. Sedikit demi sedikit jamaah mendekatinya dan mendengarkan dakwahnya. Ia juga –seperti sang Nabi- mendapat penolakan dari manusia-manusia yang hidup sezaman dengannya. Namun itu tak menyurutkan langkahnya. Dan pada akhir 2012 ia telah berhasil mengumpulkan ribuan jamaah dalam majlis asyura yang digelar di berbagai daerah. Semuanya berhasil dibuat menangis dalam acara duka itu sebagai bukti kuatnya didikan tokoh kita ini.
Apakah kita akan menyimpulkan bahwa sang Nabi maksum yang Allah sebagai penolongnya, Malaikat sebagai pengawalnya dan Islam yang dibawanya hanya berhasil mengokohkan Iman itu di hati Ali, Hasan, Husein dan Fathimah? Sangat sedikit. Dan kuantitas yang sangat memungkinkan untuk diremehkan.
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat yang pasti tidak maksum, yang masih diragukan apakah Allah yang menolongnya ataukah iblis, apakah Malaikat yang mengawalnya ataukan setan.
Yang pasti ia lebih ‘berhasil’ daripada sang Nabi yang maksum itu. Selain berhasil mendakwahi keluarganya (ahlul bait dari Jalaluddin Rakhmat), Emilia Renita Az Istrinya, Miftah Fauzi Rakhmat anaknya, ia juga berhasil mengokohkan ‘keimanan’ itu kepada Syiah (pengikut) nya yang berada di Bandung, Makassar, Jakarta, dan lain-lain. Meskipun kita tidak tahu iman jenis apa yang ia tanamkan ini?, sehingga bisa lebih ‘berhasil’ dari sang Nabi.
Ta’zhim dan salam khusus kami buat yang ‘tercinta’, Jalaluddin Rakhmat, yang tampaknya mungkin telah jauh melebihi derajat dan kualitas dakwah Nabi yang maksum itu.
Rehat sejenak. Pikiran yang benar menunjukkan kebalikan dari analogi di atas. Bahwa sang Nabi yang telah dipersiapkan oleh Allah untuk menyampaikan risalah yang akan menerangi seru sekalian alam tentu saja tidak seburuk itu hasilnya.
Jika Allah menakdirkan dari tangan Nabi terakhir inilah wajah dunia yang hitam akan berubah total menjadi terang tentunya Allah juga menyiapkan teman-teman yang berkepribadian kuat mengemban amanah risalah ini sepeninggal Nabi. Butuh kepada Rijaalpara pejuang yang tidak takut celaan orang yang suka mencela. Para pembela yang siap mati demi membela sang Nabi tercinta. Dan kita temukan sifat-sifat pejuang, tangguh dan gagah berani itu ada dalam pribadi para sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. mereka telah mandi keringat dan darah untuk memikul amanah penyebaran risalah ini.
Dari jiwa yang besar lahir pula orang-orang besar. Maka lahirlah dari rahim tarbiyah Rasulullah seorang lelaki yang bernama Abu Bakar, menghadapi bangsa arab yang murtad, manusia yang tidak mau bayar zakat, dan nabi-nabi palsu.
Lahirlah dari universitas Rasulullah seorang pemberani bernama Umar, penakluk dua imperium besar di masanya, Romawi Timur dan Persia Majusi.
Lahirlah dari madrasah Nabawi seorang pemuda tangguh bernama Ali, sang penakluk Khaibar, sarang Yahudi.
Lahirlah dari pendidikan sang Nabi itu Khalid bin Walid, pedang Allah yang terhunus.
Dan banyak lagi lelaki-lelaki tangguh yang lahir dari untaian pendidikan sang Nabi besar, Nabi akhir zaman, guru terbaik sepanjang masa, Imam para nabi dan rasul. Yang mungkin jika kita bukukan perjuangan-perjuangan mereka membela agama ini, niscaya puluhan jilid kitab tak cukup menampung kisah indah itu.
Jika kita bandingkan dengan pemikiran Jalaluddin Rakhmat tentang murtadnya sebagian besar Ash-shahabah setelah Nabi wafat, mungkin kita akan sampai pada kesimpulan dari analogi (yang salah) di atas.
Semoga Allah menjaga kita dari pemikiran dan akidah yang melecehkan sang Nabi, shallallahu ‘alaihi wasallam.
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)
Post A Comment:
0 comments: